Pemilihan Topik atau Judul Penelitian
Pemilihan topik atau lebih konkritnya judul, akan menggambarkan tingkat kedalaman dan cakupan dari sebuah penelitian yang akan dibahas. Bagi pembaca judul akan dianggap mewakili bobot sebuah hasil penelitian yang akan ditulis, bahkan merupakan gambaran mutu tulisan yang akan digarap. Secara umum, kriteria judul yang baik adalah: Pertama, topik yang diteliti mengandung masalah yang tidak terlalu luas dan tidak terlalu sempit. Lebih baik kalau topik yang diajukan lebih spesifik, menarik, dan aktual secara akademik dan secara praktis. Kedua, belum banyak diteliti orang lain. Kalaupun sudah ada penelitian lain, studi ini mengambil sisi lain, sisi tertentu, yang selama ini tidak memperoleh perhatian. Ketiga, diungkapkan dalam kalimat yang simpel, tetapi mampu menunjukkan dengan jelas independent variable dan dependent variable-nya. Keempat, judul harus dapat menunjukkan problematik yang terkandung di dalam tema yang akan diteliti. Kelima, sebaiknya judul dibuat dengan kalimat ganda. Kalimat pertama bersifat umum yang kemudian diikuti dengan ungkapan yang menunjukkan fokus persoalan yang dikaji. Dalam kaitan ini, harus dihindari ungkapan/kalimat yang mengesankan bersifat snob/bombastis.
Mulai dari luasan teorisasi yang akan ditemukan. Karena itu biasanya ada beberapa kriteria minimal yang harus dipenuhi sebagai sebuah pemilihan tema atau judul dalam karya ilmiah:
Menurut Anas S. Machfudz, judul penelitian sebaiknya sudah mengambarkan apa yang telah diteliti. Dalam penetapan judul, pada dasarnya dapat dilakukan dengan dua cara: (1) jika penelitian itu bersifat kualitatif, judul bisa dirumuskan dari perasan hasil temuan yang telah ada; (2) jika penelitian itu bersifat kuantitatif, maka judul telah ditentukan secara deduktif dan menggambarkan masalah yang akan diteliti. Apapun proses penetapan judul yang dilakukan (induktif atau deduktif), maka hendaknya judul jangan terlalu luas cakupannya atau sebaliknya terlalu sempit.
Judul yang terlalu luas, misalnya, “Pengaruh Islam dalam Pembinaan Moral Bangsa di Indonesia”. Demikian juga judul penelitian juga jangan bersifat simbolik, terlalu abstrak atau mungkin puitis. Misalnya judul “Masjid dan Pasar”, “Tasbih dan Golok” mungkin maksudnya dialektika antara moralitas dan sistem perdagangan bebas, atau pola relasi kekuasaan antara Kyai dan Jawara, tetapi judul semacam ini, di samping terlalu simplistik juga terlalu luas. Judul yang baik, di luar memperlihatkan korelasi antara variable secara jelas, juga, mencerminkan arah penelitian yang akan dilakukan.
Judul yang terlalu sempit seperti “Pengaruh Profesionalisme Guru terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas Satu A Aliyah Negeri, Makassar”. Judul semacam ini di samping terlalu sempit cakupannya, juga tidak problematik sebagai bahan penelitian. Tanpa penelitian pun sudah diketahui bahwa profesionalitas guru akan memiliki pengaruh atas hasil belajar siswa. Jadi, dalam pembuatan judul, di luar harus diperhatikan skopenya, yang lebih penting adalah apakah judul telah mencerminkan masalah yang membutuhkan penelitian.
Kedua, judul yang dipilih hendaknya memiliki signifikansi sebagai karya ilmiah: baik dilihat dari segi kebutuhan akademis (menjanjikan temuan teoritis) maupun dari segi praktis (sebagai problem solving). Jangan sampai sebuah penelitian kurang memberikan janji atas kontribusi baik dalam wacana pemikiran ataupun deskripsi empiris yang membutuhkan verifikasi kajian sejarah misalnya. Judul disertasi: “Haji Indonesia Suatu Kajian Sejarah Tentang Perjalanan dan Pengaruhnya pada Abad Pertengahan Pertama Abad XX”, misalnya meskipun kajian seperti ini masih juga ada gunanya tetapi bobot kebutuhan informasi yang dijanjikan kurang memuat tema itu menantang atau urgen. Dengan kata lain, judul harus singkat, memikat, informatif, menjanjikan tema-tema aktual dalam bidangnya, dan disampaikan dalam bahasa yang jernih.
sumber: http://ridhayamin94.dagdigdug.com